Jumat, 27 Maret 2009

Deteksi poLusi:TAHAN LAMA TANPA REMOTE CONTROL

Pencemaran terjadi di mana-mana. Tak hanya udara, laut kini juga menjadi sasaran manusia tidak bertanggung jawab. Jika itu dilakukan terus-menerus, pemanasan global bakal berjalan lebih cepat. Artinya, bumi kita akan rusak lebih cepat pula. Untuk menangkalnya, sudah banyak diciptakan robot-robot ikan yang dapat mendeteksi polusi di dalam air.

Robot ikan kali pertama diperkenalkan London Aquarium pada April 2006. Penciptanya adalah Profesor Huosheng Hu dari Essex University. Namun, saat itu robot-robot ikan yang diciptakan hanya untuk kepentingan hiburan.

Baru-baru ini, Profesor Huosheng Hu meng-upgrade ikan-ikan itu. Menggunakan konsep robot yang sama, Profesor Huosheng Hu kini menambah fitur pendeteksi polusi pada ikannya.

Saat ini delapan robot sudah dilepas ke perairan Bay of Biscay di Gijon. Biaya yang digunakan sebesar GBP 20 ribu atau setara dengan Rp 340 juta. Program robot ikan itu merupakan bagian dari kemitraan tiga tahun antara firma konsultasi teknik BMT Group dan Essex University.

Robot berbentuk ikan gurami tersebut berukuran panjang 1,5 meter. Ia memiliki sensor kimia yang dapat mendeteksi bahan bakar kapal dan bahan kimia di air. Robot itu digerakkan baterai yang dapat bertahan selama delapan jam. Hebatnya lagi, robot ikan tersebut dapat bergerak tanpa harus menggunakan remote control.

Menurut Profesor Huosheng Hu, robot ikan itu punya cara kerja berbeda untuk mencegah polusi. Yakni, melacak sumber dari penyebaran itu. Jika percobaan sukses, si robot akan diterjunkan di berbagai belahan dunia untuk melakukan misi yang sama.

Ada pernyataan menarik yang dikeluarkan Rory Doyle, ilmuwan senior dari BMT Group, yang mengembangkan ikan robotik bersama dengan para peneliti dari Universitas Essex. Ada banyak alasan mengapa mereka lebih tertarik membuat robot berbentuk ikan bawal daripada mengembangkan kapal selam konvensional.

"Dengan menggunakan ikan robotik, kami tengah mengembangkan satu desain yang diciptakan proses evolusi berusia ratusan juta tahun dengan energi yang sangat efisien," katanya agak bercanda.

"Efisiensi ini adalah hal yang kami perlukan untuk menjamin bahwa sensor deteksi polusi bisa menjejak lingkungan bawah air selama berjam-jam," imbuh Rory. Robot itu bisa beroperasi secara mandiri, dan dirancang menjelajahi lautan. Ikan-ikan keren tersebut berdaya tahan delapan jam. Rencananya, mereka akan dilepaskan selama 18 tahun ke depan. Ikan-ikan robotik itu akan mengirimkan informasi yang diserapnya ke daratan. Media perantaranya menggunakan teknologi wi-fi. (aul/bs/kkn)

---

Sistem Kerja

1. Ikan dilepas diperairan luas untuk menjelajah dan mencari sumber polusi yang terjadi di laut.

2. Sensor kimia mendeteksi polusi yang terjadi dari kebocoran bahan bakar kapal, maupun kesengajaan.

3. Ikan menyampaikan informasi yang didapat melalui sebuah charging hub, yang disambungkan melalui koneksi Wi-fi.

4. Pelabuhan yang menerima data, kemudian mengikuti jejak pencemaran tersebut dan melakukan penanggulangan.

Sabtu, 21 Maret 2009

Mobile World Congress 2009


Botol Minum Jadi Ponsel 

Minggu lalu Mobile World Congress 2009 diselenggarakan di Barcelona, Spanyol. Para produsen ponsel papan atas lagi-lagi memanfaatkan acara itu untuk merilis produk terbaru. Krisis global boleh melanda, tetapi produk baru tetap harus muncul, bukan? 

-----

Botol minum ternyata bisa ''dipakai'' bertelepon. Ponsel Samsung Blue Earth dibuat dari plastik daur ulang hasil ekstraksi botol minuman. Di sisi belakang ponsel berlayar sentuh itu terdapat panel tenaga surya. Fungsinya, memastikan tersedia daya yang memadai sehingga ponsel siap digunakan sewaktu-waktu. 

Apa saja fiturnya? Tampaknya, ada bluetooth dan kamera. Sengaja ditambahkan kata ''tampaknya'' karena hingga saat ini Samsung belum memaparkan fitur lengkap Blue Earth. 

Keypad Transparan 

Inilah ponsel pertama di dunia dengan keypad transparan alias tembus pandang. LG GD900 dijadwalkan beredar pada kuartal kedua 2009. Berarti, bisa April, Mei, atau Juni tahun ini. Sama dengan Blue Earth, spesifikasi lengkap GD900 masih dirahasiakan. Kecuali, tersedianya konektivitas bluetooth.

Tiga Langkah E-mail 

Penerus Nokia Communicator muncul. Bukan pengganti E90, melainkan hasil evolusi 9300. Namanya E75. Bentuk fisiknya ala ponsel geser dan dilengkapi dengan QWERTY keyboard. 

Layar 2,4 inci 16 juta warna, HSDPA, Wi-Fi, bluetooth A2DP, dan A-GPS merupakan sebagian spesifikasi E75. Ada pula konektor universal 3,5 mm dan kamera utama 3,2 megapiksel yang dilengkapi dengan fungsi fokus otomatis. Memori internalnya 50 MB dan bisa dipadukan dengan kartu microSD. Perangkat bersistem operasi Symbian seri 60 itu mendukung layanan video call. 

Nokia menyebutkan bahwa E75 memiliki fungsi e-mail yang tak kalah andal dengan PC atau laptop. Pengguna yang hendak melakukan pengaturan e-mail juga tak perlu pusing. Hanya dengan tiga langkah mudah, e-mail yang dimiliki pengguna siap diakses via E75. 

Peminat perangkat berukuran 111,8 x 50 x 14,4 mm dan berat 139 gram itu seharusnya tak perlu menanti lama. E75 dijadwalkan mulai dipasarkan bulan depan dengan harga EUR 375 atau sekitar Rp 5,625 juta. Itu belum termasuk pajak dan subsidi. 

Belum ada informasi resmi kapan E75 mendarat di Indonesia. Namun, merujuk pengalaman selama ini, Indonesia biasanya menjadi salah satu negara pertama yang menjadi sasaran produk terbaru Nokia. 

Kamera 12 MP 

Sony Ericsson memperkenalkan Idou, ponsel berkamera 12,1 megapiksel plus xenon flash. Ia hadir dengan layar sentuh 3,5 inci 16 juta warna. Tampilan layar lebarnya memiliki perbandingan 16:9. 

Idou dibekali GPRS dan konektivitas Wi-Fi. Konon, ia akan menggunakan sistem operasi Symbian terbaru yang kini sedang dikembangkan oleh Symbian Foundation. Spesifikasi komplet Idou belum diungkapkan Sony Ericsson. 

Bila tak ada perubahan, Idou mulai dijual pada semester kedua tahun ini. Kelak ia mungkin berganti nama. Sebab, nama Idou sebenarnya hanya nama konsep, bukan nama final yang pasti digunakan

Pengembangan Sistem Kunci Otomatis dengan Database Berbasis Website

Tak Perlu Bergantung Juru Kunci Lagi 

Rasa aman dan nyaman adalah segalanya. Untuk itu, tiap orang tidak boleh lengah. Dunia teknologi bisa dijadikan alat untuk memperbaiki. 

---

Ingat kata-kata populer kejahatan datang bukan hanya dari niat pelaku, namun karena ada kesempatan. Untuk menutup celah sekecil mungkin terbukanya kesempatan itu, dunia teknologi urun andil. Salah satunya, sistem kunci otomatis RFID. Oleh Sutedja, sistem tersebut dikembangkan dengan basis website. Seperti apa?

Kunci analog yang biasa digunakan di rumah kini mulai ditinggalkan. Sebab, pencuri makin pandai bertindak ala McGyver. Di perkantoran, hotel, atau apartemen, banyak yang sudah menggunakan sistem kunci otomatis RFID. 

Sistem itu menggunakan chip sebagai kunci, bisa berupa kartu, gantungan kunci, atau seperti kancing baju. Untuk membuka pintu, chip tersebut cukup didekatkan dengan RFID reader, maka pintu pun terbuka. Hematnya lagi, satu kartu bisa akses untuk beberapa pintu. 

Untuk tugas akhirnya, Sutedja membuat pengembangannya dengan database berbasis website. ''Jadi, bukan sekadar kunci tutup pintu, tapi ada database-nya. Itu bisa diakses di internet," ujar Sutedja. Untuk pengujiannya, dia mengaplikasikan pada sistem keamanan di kampusnya, Universitas Surabaya.

Sistem tersebut terdiri atas beberapa bagian. Di antaranya, kartu RFID, RFID reader dengan mikrokontroler AVR, serta webserver. Software yang digunakan untuk mikrokontroler dibuat Sutedja sesuai kebutuhan. Dia membuat pengelompokan akses pintu, database pengakses, jam pengaksesan, dan tampilan di LCD grafik.

Misalnya, kartu RFID milik mahasiswa hanya bisa mengakses ruang kuliah, laboratorium, dan perpustakaan. "Dari server jam-jam aksesnya bisa ditentukan. Contoh, perpus sampai pukul 09.00 tutup, maka kartu nggak bisa terpakai," ujarnya. Tapi kalau keadaan terdesak, mahasiswa bisa menghubungi petugas admin untuk memberikan akses pada kartunya.

Admin tinggal mengutak-atik program di website yang sudah tersedia untuk akses kartu RFID tersebut. Jadi, tak perlu repot datang untuk membukakan pintu dan menunggu hingga selesai. 

"Siapa yang masuk, card dan reader RFID sudah di-set untuk mengenali pemiliknya. Jadi, bisa tahu siapa saja yang akses. Kalau ada kehilangan, orang-orang inilah yang bertanggung jawab," jelasnya. 

Status dosen juga bisa di-update melalui web server itu. Dengan log in sebagai dosen di situs, dia berhak mengubah status di LCD Screen. Maksudnya, dosen sedang berada di tempat atau tidak. "Beliau juga bisa membuka akses untuk mahasiswa yang ingin menemuinya," imbuh Sutedja. 

Yang paling diuntungkan dari sistem itu tentu saja mahasiswa. Sebab, mereka tidak perlu lagi kecewa karena perpus tutup atau dosen tidak ada di tempat. 

Jam Hemat Energi Mulitifungsi

Para pencinta lingkungan tentu tak ingin melewatkan benda satu ini. Gadget itu bernama H2O Multifunction Clock. Sesuai dengan namanya, jam tersebut menggunakan air (H2O) sebagai sumber energi pengganti baterai. Seluruh material penyusun jam itu berasal dari bahan yang bisa didaur ulang.

H2O sama sekali tidak membutuhkan listrik atau baterai untuk membuatnya bekerja. Lalu, bagaimana cara kerjanya? H2O Multifunction Clock menerapkan konsep elektrolisis. Yakni, semacam reaksi elektrokimia ajaib antara elektrode dan air yang bisa menghasilkan energi listrik.

Tidak hanya berfungsi sebagai penunjuk waktu, H2O Multifunction Clock masih mempunyai tiga fitur lain. Yakni, sebagai alarm, timer, plus penunjuk temperatur ruangan tempat ia diletakkan. 

Cara memindahkan dari satu fitur ke fitur lain pun cukup unik. Jangan harap kamu bisa menemukan tombol untuk dipencet-pencet. Pengguna tinggal memutar-putarnya saja. Setiap dirotasikan 90 derajat, layarnya akan menunjukkan masing-masing fitur berbeda tadi. Asyik kan?

Maksimalkan Fungsi Lima Panca Indra 

Menikmati dunia virtual menggunakan suatu alat mungkin bukan sesuatu yang baru lagi. Tapi, jika kenikmatan itu melibatkan lima panca indra, bisa jadi baru Virtual Cocoon yang mampu. Helm ajaib ini membuat pemakainya merasakan sensasi bau, rasa, dan sentuhan, selain melihat dan mendengar tentunya. 

Virtual Cocoon adalah alat buatan para ilmuwan beberapa universitas Inggris. Ide dasarnya adalah meniru kenyataan, bukan mengganti kenyataan. Proyek yang diklaim sebagai yang pertama di dunia tersebut punya sistem kerja cukup rumit. Menurut tim pengembang, tampilan maya di Virtual Cocoon bisa live maupun memakai data di database. 

Untuk melihat, tersedia layar besar yang terletak di hadapan si pemakai. Teropong layar ini punya kecanggihan kualitas gambar di atas rata-rata TV. Visualisasi sempurna itu kemudian dibarengi suara-suara layaknya di dunia nyata. Speaker-nya dipasang surround supaya menyebar dan lebih terasa nyata. 

Untuk bau-bauan, ada semacam pipa kecil yang dihubungkan ke hidung. Pipa ini dihubungkan dengan boks yang berisi banyak larutan kimia. Alat yang sama juga bekerja pada indera pengecap. Gas yang keluar dari helm diharapkan menjadi rasa yang bisa dikecap. Untuk suhu udara dan kelembapan, helm ini dilengkapi dengan kipas angin, pemanas, dan alat pengatur suhu.

Contohnya, jika pemakai ingin merasakan sensasi pergi ke Kutub Utara menikmati taburan bintang-bintang, Virtual Cocoon akan menyesuaikan suhu di dalamnya menjadi sangat dingin hingga membuat bibir dan kulit wajah kering. Kita bisa merasakan dingin menusuk tulang. Suasana kutub lengkap dengan suara desir anginnya bisa kita lihat dan dengar. 

Bila Virtual Cocoon ini membawa kita ke sebuah rumah makan, untuk mengetahui masakan khasnya, aromanya bisa kita hirup melalui pipa tersebut. Semua sistem itu dirancang terhubung komputer secara nirkabel. Tujuannya, tentu agar bisa dipakai di mana saja. 

Virtual Cocoon memang bertujuan untuk menghibur dan meringankan ongkos berkeliling dunia. Namun, alat ini juga bisa dimanfaatkan untuk dunia bisnis, pendidikan, dan pelatihan. 

Yang banyak diuntungkan justru para pelajar. Sekarang mereka tidak hanya membayangkan ketika belajar sejarah. Tapi, mereka pun bisa merasakan sengatan padang gurun. Bagi para pebisnis, ini bisa digunakan untuk rapat virtual. Departemen pemadam kebakaran, SAR, staf medis, dan militer bisa menggunakannya untuk pelatihan. Virtual Cocoon mampu menghadirkan kondisi yang sama dengan kejadian nyata.

Prototipenya dipamerkan di acara Engineering and Physical Sciences Research Council (EPSRC). Virtual Cocoon mendapat respons positif. Tapi, ada juga yang mengkritik, terutama dengan kesehatan para pemakai. Sebab, ini menyangkut bahan kimia yang langsung dihirup.

"Tak perlu khawatir, kami selalu mengevaluasi, mencari lebih jauh akan implikasi dari alat ini," ujar David Howard, tim pengembang dari York Univercity. Prototipe Virtual Cocoon masih dikembangkan agar aman dan nyaman. (puz/kkn)

Virtual Cocoon 

Pemakai bisa merasakan suhu, kelembapan, bau, rasa, suasana lingkungan, suara, dan sentuhan. 

Tampilan yang dinikmati bisa live atau menggunakan data dari database. 

Sensasi yang ditimbulkan Virtual Cocoon bisa datang dari beberapa zat kimia yang di dalamnya. Ilmuwan menganggap zat ini aman untuk pemakai. 

Sangat membantu pelajar, pemadam kebakaran, tim SAR, staf medis, dan militer untuk memahami objek yang dipelajari.